Membaca
harian Lampung Post terbitan tanggal 2 Desember 2013, saya terkejut sekaligus
terperangah. Ada Opini yang ditulis wartawan kawentar harian ini dengan judul
nama seorang tokoh Lampung. Walaupun serba terbatas, buku aoutobiografi yang
ditulis sang tokoh dikomentari oleh Mas Dar (begitu saya pangggil).
Keterkejutan saya tokoh sebesar beliau, yang terkenal pada jamannya orang yang
sangat peduli Lampung, memiliki sejumlah informasi luarbiasa untuk Lampung ini,
tetap arief seperti sifat beliau saat memimpin Lampung. Di Usianya yang senja
tokoh ini masih mau berbagi dengan kita sebagai generasi penerus dengan tidak
mau menimbulkan gejolak, tetapi juga tidak mau membawa terus “dosa birokrasi”
pada jamannya.
Kamis, 12 Desember 2013
Minggu, 01 September 2013
Revitalisasi Nilai
Pendahuluan
Nilai
adalah suatu makna yang terkandung dari setiap perilaku. Lebih luas juga
disebut sebagai segala sesuatu yang yang menarik bagi manusia. Sedangkan
pendidikan secara bahasa dalam bahasa Arab disebut “tarbiyah” dengan kata kerja
“rabb”. Dengan demikian pendidikan islam dimaknakan sebagai “Tarbiyah
Islamiyah”.
Pendidikan
dalam arti luas adalah usaha sadar manusia untuk membimbing peserta didik
mencapai kemandirian yang sempurna, baik jasmani maupun rohani. Sedangkan di
dalam Undang Undang Republik Indonesia N0.20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional bab I pasal 1 ayat 1 dikemukakan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik dapat aktif mengembangkan potensi dirinya
sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Senin, 17 Juni 2013
LEGIMO DAN KARTOMARMO
Sahdan
dinegara Hastinapura salah seorang adik Raja Duryudana yang berjumlah seratus
itu, salah satunya bernama Kartomarmo. Wayang yang berpangkat Pangeran ini
memiliki karakter tersendiri yang ditempelkan kepadanya oleh Sang Dalang. Ciri
utamanya yaitu siap menerima perintah dari atasan, biasanya pemberi perintah
adalah Sang Mahapatih Sengkuni. Begitu perintah diucapkan Kartomarmo
mengucapkan “siap laksanakan”, sehingga tidak jarang perintah belum habis
diucapkan oleh sang Mahapatih, Kartomarmo sudah jalan duluan. Begitu sampai
tujuan dia tidak mengetahui apa perintah tadi. Alhasil balik kanan tanya lagi
kepada Sang Patih “saya tadi diperintah apa ya ?”.
Kejadian
mirip seperti episode di atas sedang terjadi dijagad nyata saat ini. Sepenggal
kehidupan sedang berpentas; seorang perwira tinggi dijajaran kepolisian
mendapat tamparan dari seorang jenderal, demi sekardus uang. Harga pipi perwira
ini barangkali termahal didunia karena telah berperan sebagai Kartomarmonya
Jenderal. Sang perwira hanya bisa
berkata siap, sekalipun istri sedang berjuang dengan kanker, dia harus berkata
siap. Sekalipun perintahnya untuk menilep uang negara, tetap saja dia berkata
siap.
Langganan:
Postingan (Atom)