Harta Yang Paling Berharga nan Mulia Adalah Ilmu

Sabtu, 05 Januari 2013

KADO BUATMU ‘’LAMPOST’’ KU


Tidak terasa bulan Agustus ini Harian Lampost berusia 38 tahun. Kalaulah ini diumpamakan manusia, dia sedang tumbuh dan berkembang dengan pesat. Pada usia ini pemimpin pemimpin kelas dunia menapaki karier puncaknya. Harapan itupun penulis pikulkan kepundak Harian ini. Walaupun itu sangat tergantung juga dengan sistem yang dibangun di dalam tubuh Lampost sendiri.
Pergolakan itu pernah terjadi di dalam Lampost dalam kurun perjalanannya. Lintasan sejarah yang tidak selamanya mulus. Ada satu periode Lampost terkena eksodus para penggiatnya karena alasan tertentu. Ada juga periode yang Lampost tidak disukai petinggi daerah karena dipersepsikan memihak kepada yang berhadap-hadapan dengan petinggi tadi. Namun demikian pernah juga Lampost berpeluk mesra dengan penguasa, sehingga memperoleh fasilitas monopoli untuk penyebaran koran sampai ke desa desa.
Masa bulan madu dan masa bercerai itu begitu singkat dengan penguasa, tetapi dengan publik justru kondisi ini menguntungkan sekali. Sebab jika sedang masa bulan madu, publik akan mendapat informasi yang banyak dan berlimpah. Sementara jika masa bercerai tiba, maka informasi tidak banyak sampai ke publik. Jika ada, tentunya lebih bersifat berat sebelah dan membela diri.

Hal seperti itu adalah sunatullah, atau  conditio sinquanon, tapak sejarah memang dimulai dari konflik dan damai. Namun untuk media seperti Lampost tentu hal seperti memiliki makna tersendiri.
Bobot penulisan berita sekarang sudah cukup baik, bahkan ada semacam icon bahwa dengan style tersendiri sudah dapat dikenal itu tulisan wartawan lampost. Tentu saja pengaruh tangan dingin dari ” Mbah Kakung “ Bambang Ekawijaya lah yang banyak berperan dalam pembentukan trust dan karakter media ini. Namun ada sejumlah kekhawatiran akan kelangsungan dari media ini; yaitu; pertama, ada rasa jenuh dari para pendukung, sehingga menjadikan monoton, tidak ada semacam ide-ide baru yang kreatif untuk mengembangkan lagi Lampost. Kedua, seiring perjalanan waktu, maka generasi “mbah Kakung” sudah harus minggir, dan perlu disiapkan kader-kader muda yang handal untuk tetap menjaga trust lampost. Untuk ini lampost sedikit tledor. Orang orang seperti Hari Wardoyo, Sinaga, Darmono, dan lain lain lagi perlu carikan generasi penerusnya; karena mereka-mereka sudah harus siap duduk disamping generasi muda penerus lampost. Ketiga, lampost sudah perlu memikirkan bagaimana melakukan diversifikasi usaha bidang media, jika ini tidak dilakukan maka akan terjadi kemadegan bagi para penggiatnya.
Lampost bukan apa apa jika tidak ada pembacanya. Usaha yang dilakukan melalui program reporter cilik dan dunia remaja, adalah kiat yang harus terus dikembangkan. Sebaliknya ide-ide kreatif mestinya juga terus dikembangkan sesuai kondisional pembaca. Sebagai contoh saat bulan ramadhan seperti ini, mestinya lampost menerbitkan secara berkala situs situs sejarah islam di Lampung. Apa berupa masjid masjid tua di Lampung, atau perguruan islam tertua di Lampung, atau apalagi yang berbau religius, adalah sangat penting guna mengobati kehausan akan informasi jejak jejak islam masa lalu dan kini di Lampung.
Masih banyak lagi ide-ide kreatif yang dapat diketengahkan melalui media sebesar Lampost, tinggal bagaimana kita keluar dari bayang-bayang pendiri dengan tidak berarti meninggalkannya, akan tetapi justru membuat tali sambung antar generasi, agar Lampost makin kokoh. SELAMAT ULANG TAHUN LAMPOST,  aku tetap bersamamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar