Harta Yang Paling Berharga nan Mulia Adalah Ilmu

Sabtu, 05 Januari 2013

RAJA – RAJA KECIL


Sudah menjadi rutinitas setiap pagi sebelum jam delapan saya sudah berangkat ke kantor; sampai di lantai dasar harus berjuang naik ke lantai empat dengan delapan puluh tujuh anak tangga. Hal ini dilakukan karena lift belum hidub. Alasan “Raja Lift” itu belum jam kantor walaupun sudah jam delapan, salahnya sendiri datang ke kantor terlalu pagi. Demikian juga waktu pulang lif sudah mati. Waktu di tanya, jawabnya paling jitu, mengapa pulang dari kantor kok sore-sore.
Demikian juga pada waktu sabtu ngantor, ternyata air tidak ada. Waktu ditanya jawab “ Raja Air “ standar,  kan hari kerja sampai jum”at, jadi salah sendiri kenapa sabtu ngantor. Demikian juga waktu ada acara listrik byar pet alias mati hidup. Pada waktu di tanya jawabannya “Raja Listrik”  juga standar beli solar dong buat serep, kalau gak kepakai kan bisa saya jual.
Ternyata dalam satu kantor saja raja raja kecil ini banyak sekali, dari Tukang Lift, Tukang Air, Tukang Kunci/Penjaga Gedung, Tukang Jaga Malam, dan masih banyak lagi. Mereka dengan “kekuasaannya” bisa membuat repot “Raja Besar” alias Pimpinan.  Apalagi jika pimpinan kurang begitu suka turun ke bawah secara berjenjang melihat apakah instruksinya berjalan atau tidak. Raja raja kecil ini sangat berkuasa, bahkan tidak jarang melampaui kewenangannya, sehingga menjadi otoriter dan “sak enak e dewe”.

Kita bisa membayangkan capeknya rakyat sekarang  karena setiap hari di dalam negara ini terlalu banyak raja-raja kecil  yang harus dihadapi seperti di atas. Dari pelayanan sederhana saja seperti antri di loket imigrasi, terkadang kita harus menonton petugas sedang ketawa ketiwi dengan telpon genggamnya. Muka kita terbengongbengong dihadapannya seolah patung saja layaknya. Petugas ini layaknya raja yang dapat berbuat apa saja kepada pengguna jasa. Tidak menunjukkan wajah rasa berdosa berbuat yang tidak pada tempatnya. Banyak petugas pelayanan publik menjadi megaloman, yaitu merasa menjadi orang penting. Akibatnya raja raja ini seperti membuat spektrum sendiri guna memuskan nafsu kekuasaannya.
Setiap hari kita menonton adegan adegan demikian ini pada panggung kehidupan yang terus bermunculan sang raja kecil. Persoalannya sekarang raja kecil ini semakin hari beranakpinak disemua lini kehidupan. Atas nama otonomi semua menjadi mudah menjadikan raja kecil bermunculan. Otonomi yang semula dirancang untuk mempermudah penyelesaian suatu persoalan, ternyata salah kejadian (Jawa: Salah Kedaden) berubah menjadi munculnya Alien Sosial.
Keadaan seperti ini memunculkan kondisi pisikologis individu seolah terasing dari dunianya, akibatnya bisa diduga; jika keadaan seperti ini terus berlangsung rakyat menjadi yatim piatu. Mereka merasa tidak ada yang mengurus karena semua orang berusaha menjadi “raja” di tempatnya. Karena sifat raja yang harus dilayani lebih dominan, sehingga rakyat menjadi orang yang harus menurut dengan kemauan raja yang sering berlindung pada atas nama birokrasi. Tampaknya kemajuan teknologi yang tidak dilengkapi infrastruktur sosial berakibat pada perilaku menyimpang dari para pelakunya.
Pada tataran ini sebenarnya ada ruang kosong pada individu yang tidak memiliki ethos kerja, sehingga bekerja tanpa hati nurani. Mereka sama dengan robot-robot sosial yang bekerja tanpa melihat sisi-sisi kemanusiaan. Kecenderungan hanya mengejar pendapatan saja yang besar, dengan kata lain hanya pandai menuntut hak tetapi tidak pernah mengukur kewajiban yang dilakukan. Pemuasan diri lebih penting dari pada pemuasan costumer, padahal hukum sosial mengatakan jika kita bekerja lebih baik, maka kesejahteraanpun akan mengikuti menjadi baik. Tetapi yang dibenak mereka adalah meminta dulu, baru kapan-kapan akan memberi.

Ini adalah tugas sosial kita semua untuk bekerja atas dasar panggilan hati nurani, sehingga menempatan tugas sebagai amanah, bukan sebagai alat kekuasaan untuk bertindak semenamena. Tanggungjawab tiga demensi dalam tugas harus menjadi orientasi semua pihak, yaitu dimensi lampau, dimensi kekinian, dan dimensi yang akan datang. Berbuatlah dari yang kecil, mulailah dari sekarang adalah protokol kerja yang harus ditanamkan kepada semua birokrat yang ada di negeri ini.

1 komentar:

  1. Benar sekali Prof, raja2 kecil banyak bermunculan yang sebenarnya disebabkan oleh "nawaitu" bekerjanya hanya sebatas mencari uang, bukan beribadah.

    BalasHapus