Harta Yang Paling Berharga nan Mulia Adalah Ilmu

Sabtu, 05 Januari 2013

RUMAH TEMPAT KEMBALI


Pada saat menjelang subuh di awal bulan Juli tahun ini, terjadi peristiwa luar biasa bagi penulis, yaitu mengantarkan kepergian untuk selamanya orang yang sudah tiga puluh empat tahun lebih mendampingi perjalanan hidup. Kenangan peristiwa masa lalu itu muncul bagai putaran kembali compact disc kehidupan. Satu demi satu bagai arakan awan melintas dihamparan kenangan, Ternyata waktu dunia yang panjang itu jika direkam dalam CD kehidupan menjadi begitu singkat dan sangat pendek sekali. Namun ada satu tujuan pasti yaitu “kembali”. Saat itu kesadaran manusiawi tumbuh yang terkasih tadi bukan pergi, akan tetapi kembali, kembali menuju rumah keabadian, rumah dia, saya, anda, dan kita semua.

Ada bentang pembelajaran di sana, sebagai manusia kita disadarkan akan keterbatasan, baik menyangkut upaya, doa, dan usaha. Semua akan berujung kepada “kepastian” (Jawa: Pepesthen) yang ini adalah milik Maha Pencipta. Apapun upaya dilakukan jika garis finis itu sudah dikibarkan, maka tidak ada satupun yang mampu menggesernya. Walau hanya dalam geseran inci, detik pada waktu, dan apalagi namanya.
Hiruk pikuk dunia, dari theater pemilihan gubernur, penggembosan KPK, tenggelamnya kapal di Selat Sunda, dan masih terus mengalir peristiwa duniawi itu, sebenarnya adalah proses perjalanan kodrat dari lakon anak manusia. Bungkusnya pemilihan gubernur, ternyata isinya kuasa keilahian yang akan dipertontonkan oleh Sang Kholik, bahwa yang banyak belum tentu menang. Jokowi dan Ahok hanyalah simbol dari suatu lintasan theater kehidupan. Dukungan walaupun kecil, akan tetapi karena jantra sudah tertulis  , maka kemenangan jatuh pada mereka.
Penggembosan KPK juga theater kehidupan yang ingin dipertontonkan kepada kita bahwa di dunia ini untuk menegakkan yang benar itu tidak mudah. Pemeo “yang haram saja sulit, apalagi yang  halal” seolah ingin ditampilkan di muka kita semua. Peristiwa ini pernah di sanggit oleh para sastrawan besar masa lalu bagaimana clan Kurawa membuat pembohongan publik dengan membakar Balai tempat bersenang senang agar clan Pandawa mati terbakar. Sekali lagi peristiwa keilahian ini sedang berlangsung dimuka kita semua, tinggal bagaimana kita mencermati, menyikapi, kemudian mengambil posisi.
 Tenggelamnya kapal karena tabrakan antarkapal ditengah laut, juga menyisakan tontonan keilahian, bagaimana perjuangan orang orang kecil untuk mencari hidup ditengah himpitan kekuasaan dan pemilik modal. Mereka seolah tak berdaya karena tidak ada yang peduli pada derita mereka. Pemimpin nasional sekalipun, hanya mampu berkata “lakukan investigasi”. Padahal orang orang kecil itu tidak butuh ucapan, akan tetapi lebih pada perbuatan.
Peristiwa peristiwa kehidupan di atas akan terus berjalan sesuai dengan tulisan lakon dari Yang Maha Esa, hanya bagaimanapun haru birunya kehidupan, telah disiapkan untuk kita semua yaitu rumah untuk kembali. Peringatan dini untuk mencari hikma dari suatu peristiwa, adalah merupakan kearifan pribadi guna mencari ridho illahi.
Empat suratan yang sudah terpateri dan tidak dapat diganti, yaitu jodoh, rezki, balak dan maut adalah kuasa keilahian. Kita hanya bersiap untuk menyongsong kehadirannya. Apapun upaya pengingkaran terhadap sesuatu, tetapi itu adalah ketentuan lakon yang harus kita perankan harus seperti itu, maka kita tidak dapat menghindari.
Demikian juga mengelola negara ini, upaya apapun harus dilakukan oleh seluruh anak negeri agar negara tetap kokoh berdiri. Hanya saja ketentuan keilahian lah yang dapat memutus apakah nasibnya republik ini sama dengan Kerajaan Mataram, Majapahit, atau Sriwijaya. Atau hanya seumur Singosari saja. Semua berpulang kepada kita semua sebagai pelaku sejarah.
Para pendahulu sudah memberikan torehan garis hidupnya. Kita generasi berikut tinggal meniti dan merajut jalan yang telah dirintis. Beliau beliau pendiri bangsa ini akan tersenyum di rumah masa depannya, manakala kita semua mampu meneruskan apa yang telah mereka perbuat untuk negeri ini. Sebaliknya akan bersedih jika kita semua mengingkari apa yang telah kita sepakati.
Kita tidak akan dapat menyetop meluncurnya kodrat, memberhentikan putaran nasib. Semua sudah tertulis dan tertata. Pengingkaran terhadap semua itu akan menjadikan pekerjaan sia sia belaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar