Harta Yang Paling Berharga nan Mulia Adalah Ilmu

Rabu, 19 Februari 2014

KEJAHATAN KEMANUSIAAN



foto : lampung.tribunnews.com
Membaca berita di beberapa harian terbitan Lampung berkaitan dengan pembuangan orang sakit yang dilakukan lembaga yang seharusnya mengurus orang sakit. Ini menjadikan bulu roma berdiri. Sudah sebegininyakah kelakuan manusia di abad ini, dan dilakukan di Indonesia yang punya filsafat hidup Pancasila.  Semenjak jaman purba rasanya di Indonesia belum ada tercatat dalam sejarah, orang sakit di buang pinggir jalan. Dulu ada kebiasaan masyarakat memasung orang gila. Pemasungan sendiri tetap di beri atap dan diberi makan, serta pada waktu waktu tertentu di buka untuk dimandikan. Sekarang hal seperti itu tidak diketemukan lagi.

KORAN dan KORBAN


Koran

Kedua makna dari kata yang menjadi judul tulisan ini sangat jauh berbeda, walau bisa berhubungan. Sisipan satu hurup “B” pada tengah kata, semua menjadi runyam dan jungkir balik maknanya. Ini dapat dibuktikan pada waktu pagi hari kita beraktivitas ke luar rumah. Terlepas hukum dagang yang dipakai, atau atas nama apapun, ternyata produk baru, termasuk media cetak, dalam mempromosikan produknya, tidak jarang harus minta “tumbal” atau korban. Ironisnya tumbal itu harus wanita. Ini yang menjadi keberatan luar biasa pada azazi kita.
Sulit dipahami nalar, anak gadis belia dengan berdandang sedikit menor, kepala diberi mahkota produk, dan menjajakan produk diperempatan lampu merah, mengetuk kaca jendela pintu kendaraan, kemudian menyodorkan produk untuk dibeli. Tentu rasa iba, atau rasa lain yang muncul, semua kita disudutkan pada pilihan satu. Atau juga di stasiun pengisian bahan bakar, ada wanita dengan berparas “dipaksa” ayu, menawarkan produk pada para pengisi bahan bakar. Kata kata yang dipilih seolah telah diprogram, agar tampak memelas, sehingga yang menlihatnya akan jatuh uang, untuk membeli.

KILAS BALIK PENDIDIKAN DI LAMPUNG



Pagi di minggu terakhir tahun dua ribu tiga belas ini alat komunikasi berdering, diseberang sana ada seorang sohib menceritakan ada pensiunan pejabat di Provinsi ini beberapa hari lalu menyambangi kantor pemerintahan ditempat beliau bertugas, berang setengah mati. Usut punya usut, ternyata pejabat yang punya kekuasaan hampir tak terbatas dulu itu, mendapatkan perlakuan terbalik. Dulu pada waktu beliau menjadi “Tuan” di kantor ini, semua orang hormat dengan membungkukan badan, bahkan kalau bisa semut pun akan melakukan hal yang sama. Sekarang beliau mendapatkan perlakuan sangat kontras. Jangankan lagi hormat ala Jepang diperoleh, ditegurpun tidak, jika ada yang menegur hanya sekedar pembebas diri dari kuwajiban sebagai basa basi pergaulan.

TRIAS POLITIKA VERSUS TRIAS KORUPSIKA



Trias Politika Vs Trias Koruptika
Peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu bak angin puting beliung melanda bumi nusantara ini, bagaimana tidak, benteng terakhir, atau soko guru terakhir, lembaga penegak keadilan terseret obak besar dengan didapatkannya secara tangkap tangan, pimpinan lembaga sedang bertransaksi mengenai suatu keperkaraan yang ditanganinya. Terlepas kebenaran matrial dan formal masih dalam penelusuran, tetapi drama ini terlanjur terpentaskan dihadapan rakyat jelata.