Harta Yang Paling Berharga nan Mulia Adalah Ilmu

Jumat, 03 Juni 2016

BOSNIA HEZERGOVINA

BOSNIA HEZERGOVINA

Secara jujur saya harus mengatakan bahwa menonton debat capres, termasuk didalamnya kampanye yang dilakukan para pendukungnya, dengan menonton Piala Dunia Sepak Bola, Saya lebih memilih acara Piala Dunia Sepak Bola. Bukan berarti tidak punya rasa nasionalis, akan tetapi menonton debat dengan kampanye, hati menjadi miris, karena negara ini akan dibawa kemana jika yang tampil seperti ini. Apalagi disertai dengan cara-cara yang tidak mendidik, (karena jelas wilayah sekolah yang harus bebas kampanyepun, mereka langgar).
Tetapi ternyata lebih miris lagi melihat Piala Dunia Sepak Bola, karena rasa malu dan rasa nasionalisme menjadi sangat prihatin, bahkan merintih. Betapa tidak, dua negara yang berpenduduk sedikit, negaranya kecil, bahkan swasananya masih belum begitu aman, mereka berhadaphadapan memperebutkan benda bulat bernama bola, pada pesta dunia. Negara itu Bosnia Hezergovina dengan Iran.
Kalau kita cermati negara-negara peserta yang masuk ke dalam group, ternyata kebanyakan negara negara yang jumlah penduduknya relatif sedikit, dan luas wilayah negarapun termasuk kecil. Tetapi mereka mampu melahirkan bintang-bintang sepak bola dunia. Jika di lihat dari bandingan jumlah penduduk, kita menjadi miris lagi, karena jumlah penduduk mereka lebih sedikit dari kita. Berarti probabilita dari populasi menjadi lebih kecil, dibandingkan dengan kita.
Sesuatu yang menarik lagi, dari hasil pelacakan melalui pertemanan, ternyata banyak negara-negara itu tidak memiliki Kementrian Olah Raga. Bola Kaki pembinaannya mereka serahkan pada klup yang ada, bahkan dikelola dengan professional yang berarti menghasilkan pendapatan buat pemainnya.
Bagaimana dengan kita ? Pertanyaan ini sungguh sulit di jawab, karena jawabannya menjadi anomali. Betapa tidak, jika dilihat dari jumlah penduduk, luas wilayah, jumlah lapangan sepak bola, jumlah penggemar bola, sampai dengan “tukang buat onar atau Hallogan” pun, kita punya, bahkan berlebih dilihat dari sudut jumlah.
Kita punya Kementrian Olah Raga, walaupun kita tidak mengetahui apa pekerjaan Menterinya. Hanya yang kita tahu tidak banyak yang kita tahu. Termasuk apakah dikementerian ada data base tentang banyaknya klup dan siapa saja anggotanya. Apakah ada jadwal pertandingan, apakah ada sistem pembinaan, dimana, kapan. Semua ini serba gelap dan tidak tahu, bahkan tidak ada satupun pintu masuk tentang ini. Kita hanya mengetahui pada masa akhir jabatan Menteri Olah Raga justru memberi Somasi kepada Plt Gubernur, dengan masalah yang juga hanya soal kekuasaan, dan ini menggelikan.
Kita juga menjadi jengah bagaimana kita punya Menteri Olah Raga, punya APBN, punya Lapangan Sepak Bola dari tingkat Kampung Sampai Negara, punya organisasi yang mengurus, tetapi menemukan 22 (dua puluh dua) orang pemain tangguh dari 250 juta penduduk, tidak pernah mendapatkan. Padahal hitungan kasar saja dari 33 Provinsi yang kita punya, kita wajibkan mereka melakukan seleksi mendapatkan satu orang yang tangguh dalam Sepak Bola, dengan cara pemilihan terbuka bebas Kolusi, dan dianggarkan oleh APBN, seharusnya sangat bisa.
Kita punya masa keemasan sepak bola pada jamannya Ramang di tahun 50 an, saat itu negara ini masih sangat miskin, para pendiri Republik ini masih sibuk membangun persatuan dan kesatuan ditengah perbedaan dan kesenjangan yang tajam. Membeli Sepatu Bola pada waktu itu tidak semua orang bisa, bahkan di satu kampung mungkin hanya satu dua orang saja yang mempunyai Sepatu Bola, tetapi ukiran prestasi begitu mengharukan.
Mari kita tilik berapa atlit yang dari awal di bina oleh negara, mungkin sangat kecil jumlahnya dibandingkan dengan sumbangan olahragawan kepada nama harum bangsa ini. Apa dan berapa subsidi yang kita berikan kepada mereka, merupakan barang misteri di negeri ini. Mereka di puja saat berjaya, dan dilupa saat di bina. Bahkan terkadang dibinasakan.
Mari kita berfikir jernih siapapun pemimpin negeri ini seharusnya bukan hanya menang digelanggang, tetapi juga harus mampu memenangkan negeri ini dari segala macam kekurangan dan keterbelakangan, dengan cara yang santun dan benar.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar