Harta Yang Paling Berharga nan Mulia Adalah Ilmu

Selasa, 27 Februari 2018

CATATAN KECIL BUAT ADEHAM

Siang hari pukul 14.00 bunyi alat komunikasi dan terbaca dengan jelas bahwa pada hari Rabu ini tadi pukul 13.50 telah berpulang kerahmatullah Hi.Adeham bin Hi.Andok Asisten II Sekdaprov Lampung di Rumah Sakit Medistra Jakarta. Kilasan peristiwa masa lalu kembali membayang bersama beliau tatkala masih sebagai staf Biro Sosial Politik di Pemerintah Daerah. Semua perijinan penelitian harus melalui meja beliau. Sekalipun beliau alumni FKIP Unila; namun penulis tetap mengambil jarak untuk kepentingan dinas. Tetapi apa yang terjadi; beliau memperlakukan menggunakan pendekatan humanis; bahkan sejak itu kami jarang menggunakan bahasa resmi, tetapi bahasa daerah atau bahasa Ibu.

Pada waktu beliau menjadi Kepala Dinas yang terkenal panas kursinya, justru beliau menemui penulis mengutarakan maksudnya ingin melanjutkan ke Pascasarjana Unila, dengan permohonan untuk tidak diberi perlakuan istimewa. Ini merupakan sesuatu yang aneh, biasanya pejabat tinggi didaerah ini meminta perlakuan khusus untuk hal-hal tertentu. Beliau mengatakan ingin ikut test akademik, wawancara dan sebagainya beliau ikuti sebagaimana layaknya calon mahasiswa lainnya. Bahkan setelah diterima beliau ikut Masa Orientasi Studi Mahasiswa baru yang di Pascasarjana dikenal dengan PSAP, hadir dan mengikuti semua rangkaian kegiatan dari awal sampai akhir. Kebetulan beliau kuliah bersama istri; maka tampak sekali kekompakan pasangan ini dalam segala hal.

Demikian juga dengan penyelesaian tugas, termasuk kehadiran, beliau sangat patuh dengan waktu; oleh sebab itu mahasiswa lain seangkatannya menjadi malu hati; seorang Kepala Dinas yang begitu luar biasa kesibukannya masih bisa hadir tepat waktu, melakukan presentasi tugas dan lain sebaginya. Sesuatu yang menarik lagi beliau datang ke Kampus sangat jarang sekali diantar sopir; lebih banyak beliau mengendarai sendiri kendaraannya. Dengan ketekunan ini tidak berkelebihan jika beliau dapat menyelesaikan studinya tepat waktu dengan Indek Prestasi Sangat Memuaskan.

Sisi humanis yang lain yang beliau tampilkan; setiap ada undangan keluarga dengan tidak memandang status sosial, beliau akan hadir dan itupun tidak minta prioritas. Bahkan pada waktu acara pemberian ucapan selamat, beliau ikut baris dengan tertib dan sangat jarang mau diberi perlakuan istimewa untuk mendahului barisan; apalagi jika dilihat didalam barisan itu ada gurunya, seniornya, maka bisa dikatakan pasti beliau akan menolak perlakuan khusus itu.
Sisi lain dari kehidupan beliau ialah atensi yang besar terhadap beban orang lain yang meminta bantuan. Beliau akan dengan sungguh-sungguh menyimak paparan orang lain dihadapannya yang memohon bantuan. Jika persoalan itu tidak dalam jangkauannya; maka beliau akan memediasi pihak lain agar bisa membantu. Hal ini tidak dibiarkan saat itu saja, akan tetapi beliau terus memantau sampai persoalan selesai. Beliau mau ditemui di mana saja termasuk di Kantor; namun harap maklum jika tidak ada perjanjian untuk jumpa, beliau agak sulit ditemui karena memang jadwal beliau begitu padat, sampai-sampai kendaraan dinas beliau bak kantor berjalan; dari keperluan dinas sampai keperluan pribadi beliau siapkan di dalam kendaraan.

Ada kebiasaan lain yang beliau lakukan yaitu senang mendatangi pengajian. Jika banyak pejabat menghadiri atau menyelenggarakan pengajian diberi muatan politik; hal itu tidak berlaku buat Adeham. Adeham sangat relijius; tidak jarang dalam Kunjungan Kerja di daerah beliau didaulat untuk menjadi imam sholat atau khotib jumat; dengan senang hati beliau lakukan. Suara khas beliau yang sedikit parau tapi lembut itu dalam melafaskan kalimah kalimah keilahian sangat enak didengar, dan kekhasan khotbah beliau tidak pernah menjelekkan pihak lain, siapapun dia.

Ada satu segmen kehidupan; tatkala bertemu Adeham di Bandara Soekarno-Hatta yang sama-sama ingin pulang ke Lampung; pesawat pada waktu itu karena alasan cuaca terpaka keberangkatannya tertunda. Waktu yang cukup luang itu bukan beliau habiskan diruang khusus yang bisa dimanfaatkan oleh pejabat seperti beliau. Ternyata Adeham tetap memilih berbaur bersama masyarakat; waktu hal itu ditanyakan, ternyata jawabannya sangat menyentuh......biarlah di sini saja....biar sama-sama merasakan bagaimana capeknya menunggu...... Dan hal ini diucapkan dengan serius tanpa dibuat-buat atau istilah sekarang pencitraan. Beliau tidak menunjukkan roman muka kesal atau kecewa; bahkan cenderung dingin-dingin saja.

Sosok Adeham dari sisi lain; suatu peristiwa beliau harus mengikuti apel bulanan; karena sesuatu hal beliau tidak membawa pakaian seragam untuk hari itu. Dari pada salah kostum Adeham memilih tidak ikut upacara, dan yang seharusnya dia bisa memarahi Sopir kendaraan dinas yang selama ini mengingatkannya, tetapi hari itu lupa. Dengan santai beliau mengatakan bahwa Sopir beliau masih manusia yang juga punya lupa seperti beliau; dan marah bukan menyelesaikan masalah, justru akan membuat masalah.

Terakhir beliau diberi tugas untuk menjadi “panglima” pembebasan tanah calon Jalan TOL . Banyak sekali hambatan yang beliau temui di lapangan. Pada satu kesempatan disuatu acara kami duduk berdampingan; beliau dengan serius menceritakan bagaimana suka dukanya menjadi juru bebas, yang terkadang harus berposisi sebagai tak bebas. Setiap persoalan yang muncul dipermukaan, terutama yang muncul dimedia masa; tanpa ambil waktu Adeham langsung menyelesaikannya dengan gaya lembutnya tapi ligat. Jalan TOL yang lurus inilah melambangkan kepribadian Adeham; yang tidak neko-neko dalam bekerja. Beliau tidak dapat mendampingi Presiden saat menggunting pita peresmian bersama Gubernur; semoga dengan jalan TOL beliau menuju ke alam keabadian, menjumpai Sang Kholik.

Banyak kalangan kehilangan beliau; talenta yang beliau miliki mampu menembus badai gonjang-ganjing politik lokal. Sekian pimpinan berganti, beliau tetap bisa melayani. Sekian peristiwa memusar daerah ini; tetapi Adeham tetap bisa menepi. Tangan dinginnya mampu menangani dan mengurai persoalan pelik di Bumi Ruwajurai ini. Tidak ada orang yang merasa dimenangkan, dan tidak ada orang yang merasa dikalahkan.

Kepiawaiannya menembus batas menjadikan Adeham berselancar diatas badai. Pengalaman jadi pegawai rendahan sampai menjadi Pegawai Tinggi, tidak menggoyahkan sendi-sendi keimanan dan kemanusiaannya. Keseriusannya tidak menjadikannya kaku, keluwesannya tidak membawanya kesan mengabaikan. Walau kodrat manusia memiliki keterbatasan, untuk Adeham keterbatasannya itulah kematiannya.

Selamat Jalan Pak Adeham, jasamu menjadikan amal membawamu ke Surga Janatunnaim, semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan. Semoga kita yang ditinggalkan mampu memetik suritauladan dari sosok seorang Adeham.

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar