Tidak terasa bulan Agustus ini Harian
Lampost berusia 38 tahun. Kalaulah ini diumpamakan manusia, dia sedang tumbuh
dan berkembang dengan pesat. Pada usia ini pemimpin pemimpin kelas dunia
menapaki karier puncaknya. Harapan itupun penulis pikulkan kepundak Harian ini.
Walaupun itu sangat tergantung juga dengan sistem yang dibangun di dalam tubuh
Lampost sendiri.
Pergolakan itu pernah terjadi di dalam Lampost
dalam kurun perjalanannya. Lintasan sejarah yang tidak selamanya mulus. Ada
satu periode Lampost terkena eksodus para penggiatnya karena alasan tertentu.
Ada juga periode yang Lampost tidak disukai petinggi daerah karena
dipersepsikan memihak kepada yang berhadap-hadapan dengan petinggi tadi. Namun
demikian pernah juga Lampost berpeluk mesra dengan penguasa, sehingga
memperoleh fasilitas monopoli untuk penyebaran koran sampai ke desa desa.
Masa bulan madu dan masa bercerai itu
begitu singkat dengan penguasa, tetapi dengan publik justru kondisi ini
menguntungkan sekali. Sebab jika sedang masa bulan madu, publik akan mendapat
informasi yang banyak dan berlimpah. Sementara jika masa bercerai tiba, maka
informasi tidak banyak sampai ke publik. Jika ada, tentunya lebih bersifat
berat sebelah dan membela diri.
Hal seperti itu adalah sunatullah,
atau conditio sinquanon, tapak sejarah
memang dimulai dari konflik dan damai. Namun untuk media seperti Lampost tentu
hal seperti memiliki makna tersendiri.
Bobot penulisan berita sekarang sudah cukup
baik, bahkan ada semacam icon bahwa dengan style tersendiri sudah dapat dikenal
itu tulisan wartawan lampost. Tentu saja pengaruh tangan dingin dari ” Mbah
Kakung “ Bambang Ekawijaya lah yang banyak berperan dalam pembentukan trust dan
karakter media ini. Namun ada sejumlah kekhawatiran akan kelangsungan dari
media ini; yaitu; pertama, ada rasa jenuh dari para pendukung, sehingga
menjadikan monoton, tidak ada semacam ide-ide baru yang kreatif untuk
mengembangkan lagi Lampost. Kedua, seiring perjalanan waktu, maka generasi
“mbah Kakung” sudah harus minggir, dan perlu disiapkan kader-kader muda yang
handal untuk tetap menjaga trust lampost. Untuk ini lampost sedikit tledor.
Orang orang seperti Hari Wardoyo, Sinaga, Darmono, dan lain lain lagi perlu
carikan generasi penerusnya; karena mereka-mereka sudah harus siap duduk
disamping generasi muda penerus lampost. Ketiga, lampost sudah perlu memikirkan
bagaimana melakukan diversifikasi usaha bidang media, jika ini tidak dilakukan
maka akan terjadi kemadegan bagi para penggiatnya.
Lampost bukan apa apa jika tidak ada
pembacanya. Usaha yang dilakukan melalui program reporter cilik dan dunia
remaja, adalah kiat yang harus terus dikembangkan. Sebaliknya ide-ide kreatif
mestinya juga terus dikembangkan sesuai kondisional pembaca. Sebagai contoh
saat bulan ramadhan seperti ini, mestinya lampost menerbitkan secara berkala
situs situs sejarah islam di Lampung. Apa berupa masjid masjid tua di Lampung,
atau perguruan islam tertua di Lampung, atau apalagi yang berbau religius,
adalah sangat penting guna mengobati kehausan akan informasi jejak jejak islam
masa lalu dan kini di Lampung.
Masih
banyak lagi ide-ide kreatif yang dapat diketengahkan melalui media sebesar
Lampost, tinggal bagaimana kita keluar dari bayang-bayang pendiri dengan tidak
berarti meninggalkannya, akan tetapi justru membuat tali sambung antar
generasi, agar Lampost makin kokoh. SELAMAT ULANG TAHUN LAMPOST, aku tetap bersamamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar