GENERASI “ X “
A.Pengantar
Gambar : Interaksi Sosial (Sudjarwo: 2005)
Keterangan :
Gambar : Penampang “ Generasi X “
A.Pengantar
Menelisik Lampung dari sejarah demografi; ternyata ditemukan data yang ditulis oleh Orstom (dalam Sudjarwo,2005) bahwa pada Tahun 1817 Orang Banten sudah datang ke Lampung ikut memetik Kopi, di sekitar Kalianda Sekarang sampai dengan Kota Agung. Bahkan mereka jauh sebelum itu, yaitu sekitar tahun 1529 ada bukti sejarah yang mengatakan bahwa Orang-Orang Banten sudah berniaga di Lampung. Tahun 1876 Orang-Orang Semendo dari Sumatera Selatan bermigrasi Ke Lampung dengan menelusuri Bukit Barisan membuka perkebunan Kopi, dan disusul sekitar tahun 1925 Orang Ogan juga masuk ke wilayah Lampung yang berada di sekitar Ogan Lima sekarang.
Tahun 1905 daerah Lampung oleh Kolonial Belanda dijadikan daerah Kolonisasi pertama ; yaitu memindahkan penduduk dari Pulau Jawa ke Sumatera dengan sistem tertentu yang pada waktu itu Lampung menerima 43 Orang Kolonis ditempatkan di Gedontataan. Hal ini selanjutnya disusul dengan program tahun 1906, 1907 dan 1908 (Sudjarwo :2005:4).
Pembuka pintu demografis di atas berlanjut sampai dengan akhir tahun 1970 yang juga didatangkan Orang Bali melalui program Transmigrasi, terutama bagi warga yang menjadi korban letusan Gunung Agung. Warga sekitar Gunung Merapi yang meletus pada tahun 1963 yang berada di Jati Agung sekarang). Perkembangan lanjut kedatangan penduduk atas dasar kemauan sendiri (Swakarsa) tidak hanya di dominasi dari Jawa saja, akan tetapi juga dari daerah-daerah lain, seperti Bugis, Padang, Sumatera Selatan, dan lainnya, sehingga membuat Lampung menjadi daerah dengan Beragam Kaum.
B.Pola Interaksi
Keragaman kaum tadi jika kita deskripsikan dalam gambar, maka akan tampak penampang sbb:
Gambar : Interaksi Sosial (Sudjarwo: 2005)
Keterangan :
1 , 2,3,4,5,6 = Adalah keragaman Suku yang ada di Lampung
Kondisi Sosial ini menjadikan Lampung sebagai daerah interaksi sosial bagi beragam suku ; yang secara sosiologis berpeluang untuk terjadinya perkawinan silang (amalgamasi), asimilasi, dan akulturasi. Fakta ini sekarang terbukti Lampung melahirkan generasi baru dalam abad ini yaitu “Generasi X “ yang merupakan generasi hasil dari perkawinan silang antaretnik yang ada. Jumlah mereka ini semakin hari semakin banyak dan membesar, dan akan menggerus sedikit demi sedikit lingkar lain. Penampang tersebut jika kita gambarkan akan tampak sebagai berikut :
Gambar : Penampang “ Generasi X “
Ciri-ciri dari Generasi X ini ialah :
(1) tidak lagi berorientasi pada kesukuan:
Maksudnya karena mereka terlahir dari hasil perkawinan Amalgamasi (antarsuku); maka identitas kesukuan tidak lagi melekat pada mereka, ciri penggunaan kebahasaan menjadi “penanda” dari mereka ; yaitu lebih menggunakan bahasa Indonesia, atau bahasa Indonesia dengan serapan beberapa diksi Betawi, sebagai alat berkomunikasi.
(2) sangat mobile dalam hal kegiatan kehidupan apapun,.
Mobilitas sosial baik secara horizontal maupun vertikal, menjadi “penanda kedua” pada kehidupan mereka. Mereka tidak memerlukan pekerjaan yang bersifat permanen, akan tetapi mobil/ dinamis. Merek lebih berorientasi in-come. Status sosial pada mereka bukan lagi pada jabatan yang tinggi, tetapi pada penghasilan yang banyak.
(3) keeratan hubungan lebih didukung oleh media teknologi.
Produk teknologi adalah “darah daging sosial” mereka. Informasi dunia berada pada genggaman tangan mereka. Oleh sebab itu mereka sangat mengutamakan perlengkapan teknologi mutahir. Perjumpaan fisik bagi mereka tidak penting, mereka lebih mementingkan informasinya dan melalui dunia maya mereka akan berselancar menembus ruang dan waktu. Ini juga menjadi modalita mereka dalam mengubah status sosial dan pergantian jenis pekerjaan.
(4) lebih bersifat pragmatis bahkan berkecenderungan egois.
Generasi ini bisa saja berada ditempat yang sama tetapi tidak berada ditempat yang sama. Secara fisik mereka berada disuatu tempat, tetapi mereka tidak saling berkomunikasi, karena mungkin saja diantara mereka sedang berkomunikasi dengan orang lain di benua lain. Mereka akan mengejar dan mengutamakan kepentingan pribadi, jika itu bersifat informatif.
(5) medan interaksi yang dikembangkan lebih bersifat maya.
Akibat dari kondisi nomor empat di atas, maka generasi ini lebih suka mengembangkan interaksi dalam dunia maya. Istilah istilah imajinatif menjadi bahasa simbol mereka. Diksi-diksi baru yang untuk sebagian generasi tua sangat asing seperti : Modus, lebay, labil, Alay, Gabut, PHP, Galau, Kepo, masih banyak lagi yang lain, adalah bahasa pergaulan mereka.
c. Kesimpulan
Generasi X ini seiring perjalanan waktu akan mendominasi Lampung di masa depan. Pada saat ini mereka sudah memasuki usia Sekolah Dasar, berarti 20 tahun kemudian mereka inilah yang akan lebih banyak berkiprah di semua lini kehidupan. Lampung sebagai “laboratorium sosial” akan menyemai “model Kebangsaan Baru” dan sekaligus menjadi prototype Indonesia masa depan.
Pertanyaan tersisa sekarang “rekayasa sosial “ apa yang harus disiapkan dalam rangka menyongsong generasi ini. Tentu saja model pendidikan untuk mereka dan generasinya akan berbeda jauh dari yang ada sekarang. Perangkat Sosial, Sistem Sosial, bahkan Nilai Sosial akan berubah drastis begitu mereka ada pada tampuk pimpinan bangsa ini.
Sejarah kebangsaan akan hanya menjadi Arsip Kolektif, dan jika metodologi pembelajaran tidak ikut berubah, dihawatirkan konsep kebangsaan akan mengalami distorsi dan ini tentunya akan mengancam keberlangsungan Negara Kesatuan yang telah kita jaga selama ini.
Waktu belum terlalu terlambat ; maka kesiapan semua elemen bangsa untuk memikirkan disain kebangsaan masa depan untuk rumah Generasi X sudah begitu mendesak. Secara hipotesis hanya pendidikan lah sarana sosial yang memiliki peluang besar untuk membangun rumah kebangsaan masa depan yang menjadi rumah Generasi X..
DAFTAR PUSTAKA
Sudjarwo. 2005, Interaksi Sosial Pada Masyarakat Majemuk. Lembaga Penelitian Unila. Bandarlampung
________ 2016. Generasi X . LampungPost, 16 Mei 2016.
Ini menyebabkan guru terutama pada pendidikan dasar memiliki peran yang sangat vital dalam menyiapkan grnerasi X,seorang guru harus lebih kreatif dalam pembelajaran agar pesan nilai yang fisampaikan dapat diserap dengan bsik.
BalasHapusTulisan yg sangat menggugah prof