KEMARUK
Oleh: Sudjarwo
Profesor Ilmu-Ilmu Sosial pada FKIP Unila
Pagi itu
saya disodori Singkong Goreng oleh pramuwisma gedung; sambil berkata bahwa
Singkong itu adalah hasil dari tanaman yang dianjurkan Bapak guna memanfaatkan
areal Gedung Perkuliahan. Ternyata tidak terasa anjuran sambil lalu enam bulan
yang lampau saat melepas jabatan Direktur, itu kini telah menghasilkan. Karena
sedang jenuh berfikir sambil menulis dari pagi buta tadi, iseng Singkong yang
tersaji di piring berserta Teh Manis panas saya foto dan di bagikan kepada
sohib-sohib terdekat. Dari Wakil Rektor sampai Asisten Ahli; bahkan Sohib
seorang Wartawan senior.
Tanpa diduga
wartawan senior ini memberi komentar yang cerdas sesuai dengan gelarnya sebagai
Pandito Atas Angin (karena kepandaiannya menulis sesuatu dari berbagai
sisi-bahkan kontroversi); bahwa makan singkong goreng itu enaknya saat kemaruk.
Sudah lama sekali tidak mendengar kata atau akronim itu diucapkan; karena kata
“kemaruk” dalam bahasa Jawa itu memiliki makna atau konotasi dua sisi yang berbeda, bahkan tidak jarang
justru berlawanan maknanya.
Kata
“kemaruk” sendiri asalmuasalnya adalah dilabelkan kepada anak-anak yang baru
sembuh dari sakit parah, kemudian ingin makan apa saja; dan dalam jumlah yang
banyak. Namun seiring itu pula kata “kemaruk” dilabelkan kepada orang yang baru
mendapatkan kemulyaan; apapun bentuk kemulyaan itu; membuat yang bersangkutan
seperti lupa diri atau salahlaku. Konotasi negatif pada yang kedua ini
tampaknya lebih tebal.
Akhir-akhir
ini kata kemaruk justru bergeser menjadi “kata” yang mewakili kedongkolan
kepada sesuatu sikap yang ditunjukkan seseorang, sehingga layak diberi umpatan.
Sebagai contoh; Tukang Becak yang dongkol melayani penumpangnya karena
bawaannya banyak, sementara pemiliknya rewel, serta pelit. Tukang Becak tadi
mengupat “dasar kemaruk”. Ada lagi emak-emak yang melihat tetangganya memakai
perhiasan emas dari gigi sampai gelang kaki, dalam hati emak bilang “orang ini
sedang kemaruk”, karena emak tau kalau tetangga sebelah baru dapat uang
pembebasan Tol minggu lalu.
Respon
shobib wartawan senior tadi membuat introspeksi berlanjut; ternyata disekitar
kita sekarang banyak tampilan kemaruk
ini; bahkan bisa dikatakan sedang boming kemaruk. Kita lihat bagaimana perilaku
kemaruk ini telah menyasar kesemua lapisan masyarakat, tidak melihat kasta,
atau strata, dari sudra sampai raja.
Ada yang
kemaruk jadi Menteri, jadi Anggota DPR, jadi Bupati, Gubernur, dan masih banyak lagi. Sehingga
“berperilaku lebih” ini menjadi semacam tontonan norak. Namun tidak dinyana
ternyata ada saudara-saudara kita yang dengan sengaja menikmati perilaku lebih
ini. Bahkan ada diantara kita yang mau membiayai orang yang sedang berperilaku
lebih ini; agar mau menjadi wayang dengan lakon yang sudah dituliskan, sehingga
perilaku kemaruknya termanfaatkan, walaupun dalam pengertian yang sulit diterima
banyak orang, karena kekemarukan itu bisa menjadi komuditi.
Perilaku
kemaruk ini sekarang seolah mewabah menyasar disemua relung kehidupan, baik
yang formal maupun yang informal. Tetapi ada kemaruk baru yang sekarang muncul
sebagai turunan dari kemaruk yaitu “kebelet”. Mohon maaf kata ini kalau untuk
mereka yang paham bahasa Jawa maknanya adalah dorongan untuk mengeluarkan hajat
besar yang tidak tertahankan, sehingga yang bersangkutan sampai lari untuk
mencapai jamban.
Untuk yang
satu ini sekarang juga ikutikutan sudah juga ikut merambah keantero
relung-relung kehidupan, beriringan dengan saudaranya kemaruk. Dari kebelet
jadi presiden, kebelet jadi Anggota DPR, kebelet jadi Pejabat, dan masih
panjang lagi kalau kita ingin menguntaikannya, dalam rangkaian tak terhingga
sebagai manisfestasinya.
Ternyata
Kemaruk dan Kebelet saat ini sudah berkelindan sedemikian rupa, sehingga
memunculkan gerakan masal yang mengatasnamakan “kebebasan berpendapat dan
berserikat” mereka tidak malu-malu untuk menampilkan kekemarukannya dan
kebeletannya, kepermukaan masa. Hanya sayangnya waktu ditanya siapa yang
kemaruk dan yang kebelet itu, tidak seorangpun diantara mereka mampu
menunjukkan. Jawabannya selalu “Pokok e’ “, nah kata satu ini dalam diksi
bahasa Jawa berarti maunya sendiri saja, orang lain tak peduli. Terlepas dalam
mengekspresikan miliknya melanggar keadaban sebagai manusia yang beradab; hal
itu tidak menjadi persoalan.
Tampaknya
masyarakat sudah mulai cengah dengan kekemarukan dan kekebeletan ini; hal ini
ditandai dengan adanya diantara mereka kepenolakkan. Bicara penolakan ini ada
dua bentuk. Pertama, secara terang-terangan menunjukkan reaksi baik kepada yang
sedang kemaruk maupun kepada yang sedang kebelet. Kedua, secara diam-diam
meninggalkan gelanggang sambil geleng-geleng kepala, atau diam ditempat dengan
juga mengelus dada; bahkan ada yang tepuk jidat.
Reaksi
pertama itu mudah sekali untuk mengenalinya; dan tentunya menyikapinya juga
mudah. Akan tetapi reaksi kedua; hal ini tidak mudah menyikapinya, karena
reaksi superlatif seperti ini tidak jarang membawa dampak yang tidak baik bagi
kehidupan demokrasi. Banyak diantara mereka ini kemudian memilih untuk tidak
memilih karena itu menurut mereka juga pilihan. Tingkat partisipasi menjadi
rendah karena efek domino dari suatu perilaku yang ditampilkan oleh para
kontestan.
Kejengahan yang
terbentuk ditengah masa ini juga dapat dilihat rendahnya partisipasi masyarakat
yang berkaitan dengan aktivitas sosial, termasuk ketertarikan terhadap pola
demokrasi yang makin rendah.
Ternyata
kemaruk dan kebelet dapat juga membentuk
kelompok atau generasi “bisu”; dalam arti bukan bisu tidak bisa bicara; akan
tetapi membisu; memilih tidak bicara. Kelompok ini makin membesar manakala
mereka makin diberi suguhan kekemarukan dan kekebeletan. Bentuk-bentuk kebisuan
ini makin menjadi pilihan manakala pilihan kongkrit tidak memberikan azaz
manfaat, baik bagi diri sendiri maupun kemaslahatan umat, menurut pandangan
mereka.
Kelompok
Bisu ini perlu diwaspadai jika merambah ke generasi milenial; karena dapat
menjadikan virus a’sosial yaitu sikap ketidakpedulian terhadap urusan
negaranya. Mereka beranggapan jika tidak nyaman tinggal disuatu negara, toh
bisa saja pindah menjadi warga negara lain, asal memiliki modal menguasai ilmu
pengetahuan. Pilihan untuk menjadi Diaspora ternyata makin hari makin banyak.
Menjadi wargalintas negara ini ternyata sangat diminati oleh kelompok terdidik
dari ekonomi mapan. Mereka hanya numpang lahir di Indonesia, kemudian menjadi
pengembara antarnegara guna mengejar kenyamanan pribadi dan tidak harus
berhadapan dengan kelompok kemaruk dan kebelet.
Akhir dari
tulisan ini menyisakan pertanyaan akankah kita akan memperpanjang berurusan
dengan sikap Kemaruk dan kebelet dari sebagian kita itu, atau kita membiarkan
makin besarnya jumlah orang muda potensial meninggalkan negeri ini, menjadi
Diaspora di negara orang. Atau membiarkan tumbuhkembangnya generasi “Bisu” pada
keadaan negaranya.
Pilihan-pilihan
itu bukan berarti tidak beresiko, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka
panjang, untuk keberlangsungan negeri ini. Untuk itu marilah kita berhenti
bertikai walau atasnama demokrasi karena sekedar mencari pembenaran pribadi;
mari kita bangun negeri ini dengan jiwa besar tanpa harus mencari kambing hitam
didalamnya. Ingat sejarah telah
mengajarkan pada kita bahwa Sriwijaya dan Majapahit itu runtuh bukan
karena diserang bangsa lain dari luar sana; akan tetapi karena pertikaian
antarwangsa yang ada didalam negara itu.
MestiQQ Adalah perusahaan judi online KELAS DUNIA ber-grade A
BalasHapusSudah saatnya Pencinta POKER Bergabung bersama kami dengan Pemain - Pemain RATING-A
Hanya dengan MINIMAL DEPOSIT RP. 10.000 anda sudah bisa bermain di semua games.
Kini terdapat 8 permainan yang hanya menggunakan 1 User ID & hanya dalam 1 website.
( POKER, DOMINO99, ADU-Q, BANDAR POKER, BANDARQ, CAPSA SUSUN, SAKONG ONLINE, BANDAR66 )
PROSES DEPOSIT DAN WITHDRAWAL CEPAT Dan AMAN TIDAK LEBIH DARI 2 MENIT.
100% tanpa robot, 100% Player VS Player.
Live Chat Online 24 Jam Dan Dilayani Oleh Customer Service Profesional.
Segera DAFTARKAN diri anda dan Coba keberuntungan anda bersama MestiQQ
** Register/Pendaftaran : WWW-MestiQQ-POKER
Jadilah Milionare Sekarang Juga Hanya di MestiQQ ^^
Untuk Informasi lebih lanjut silahkan Hubungi Customer Service kami :
BBM : 2C2EC3A3
WA: +855966531715
SKYPE : mestiqqcom@gmail.com