(PRESIDEN-PRESIDEN)- AN.
Oleh: Sudjarwo
Guru Besar FKIP Unila
Sekitar tahun enampuluhan pada waktu penulis sedang Sekolah di Kota Lahat-Sumatera
Selatan, masa itu Kota Lahat dikenal
sebagai Kota Pelajar, karena semua jenjang pendidikan dari Taman Kanak-Kanak sampai
Perguruan Tinggi ada di sana. Sehingga kota itu sangat ramai didatangi para
pelajar dari kota kabupaten sekitar; seperti Muaraenim, Lubuklinggau,
Pagaralam, Manna, dan lainnya, walaupun Transportasi belum selancar sekarang,
sebagai contoh teman yang datang dari Manna Bengkulu Selatan harus jalan kaki
dua hari untuk mencapai Pagar Alam, baru kemudian naik Otto menuju lahat. Oleh karena itu untuk dapat sekolah kekota
ini bukan hal yang mudah, di samping ekonomi harus cukup, juga harus memiliki
tekat untuk maju, menurut ukuran jaman itu.
Pada masa libur atau ada tanggal merah,
siswa SLTA biasa tidak pulang kampung, dan pada malam hari pergi ke desa
diseberang Sungai Lematang melewati jembatan goyang yang panjang; untuk
melakukan kegiatan “begare” ; yaitu
mengunjungi rumah gadis-gadis dusun beramai-ramai untuk saling kenal, tentunya
harus seijin Kepala Bujang yang kemudian biasanya melakukan permainan
Presiden-Presidenan ditempat yang disepakati, biasanya di salah satu rumah
gadis dusun yang cukup berada menurut ukuran setempat.
Aturan mainnya adalah semua muda mudi yang
hadir diberi label Presiden, dimulai dari angka satu dengan menyebut “Presiden
Satu” sampai jumlah yang hadir. Jika yang hadir ada duabelas orang; maka orang
kedua belas tadi diberi nama “Presiden dua belas”. Permainan dimulai oleh
seseorang yang biasanya kepala rombongan yang ditokohkan sebagai Presiden Satu.
Mereka akan menunjuk Presiden mana yang dituju, presiden yang dituju harus
sigab menjawab Presiden mana yang akan ditunjuk lagi. Jika ingin berfikir
sejenak dia menyebut diri dengan mengatakan nomor dan disertai kata Presiden.
Permainan ini seru sekali jika ada yang lalai untuk menyebut atau gagab maka
dihukum ramai-ramai. Biasanya hukumannya disuruh bernyanyi, berpantun, berjoged
atau aktivitas lawak lainnya.
Peristiwa di atas adalah pesiden-presidenan
jaman Old; berbeda dengan jaman Now; yang kata Presiden dapat dipakai untuk
kata Presiden Direktur, Presiden Partai, Presiden Mahasiswa, Presiden Rumah
Tangga, sampai dengan Presiden Jadi-Jadian. Kata “Presiden” tampaknya memiliki
magnit tersendiri; tidak jarang demi satu kata ini apapun dikorbankan, dari
harga barang sampai harga diri untuk menyandang kata “Presiden”.
Manusia sering terbius dengan perhiasan
dunia, termasuk kata (jabatan) presiden
sendiri adalah perhiasan dunia. Bius ini begitu kuat sehingga bisa melanda
siapa saja, tidak peduli apakah dia Tua yang sudah bau tanah, sampai dengan
anak kemarin sore yang baru melek. Dengan caranya sendiri mereka akan meraih
impian demi satu kata “ Presiden “. Terlepas apakah cara itu santun, etis, atau
bahkan tercelah sekalipun; akan mereka lakukan demi menjadi Sang Presiden.
Semua itu adalah Hak Kebebasan pribadi
masing-masing orang untuk berekspresi di muka bumi demokrasi ini. Hanya sering
menjadi persoalan atas nama kebebasan justru menabrak kebebasan orang lain yang
juga punya keperluan hak yang sama. Tidak jarang tampilan-tampilan ekspresi ini
begitu ekspresif, sehingga orang lain yang melihatnya (yang juga memiliki hak
kebebasan sama) menjadi muak; bahkan tidak jarang tergiring untuk beroppini
terhadap apa yang tampak dari suatu tampilan.
Kata
Presiden memang mampu membius
manusia Indonesia saat ini. Bahkan jika diadakan survey tentang kata yang
paling membius saat ini, mungkin kata Presiden
akan mendapatkan rating paling tinggi, dibandingkan dengan kata lainnya.
Terlepas apa persepsi yang ada dibenak pemberi suara dalam merespon kata tadi.
Kata Presiden
pun saat ini sudah diberi baju baru berupa lambang tagar (#) pada awalnya,
adapun akhiran dari kata presiden menjadi bermacam-macam, tergantung pada
selera dan kepentingan terhadap kata itu dari pemberi tagar. Tagar seolah
menjadi lambang sah untuk suatu ujaran dijaman Now.
Namun ada yang tersisa dari semua hal di
atas, yaitu lagi- lagi rakyat kecil; yang hari-hari ini harus direpotkan dengan
dampak dari kehirukpikukan imbas kata presiden tadi. Mereka terbelah menjadi
tiga kelompok; kelompok pertama yang sudah terpapar dengan kata tadi, dan
menjadi begitu bersemangat untuk membicarakannya entah disurau, gubuk tengah
sawah, atau saat tahlilan. Bahkan di dalam Masjid Rumah Suci pun mereka
lakukan. Padahal kita mengetahui bahwa Rasullullah pernah meratakan bangunan
Masjid megah karena diperintah Sang Kholik yang diketahui bahwa Masjid itu
dibangun justru tempat untuk mencacimaki atau mengupat orang (kelompok) lain yang note bone juga
sesama Islam.
Kelompok kedua yang diam dan melihat;
kelompok ini hanya manggut-manggut saja jika saudara-saudarnya berbincang
tentang presiden, kepalanya sering noleh kiri noleh kanan memperhatikan
temannya yang bicara. Kelompok ini persis penonton pertandingan Tenis Wimbelldon yang menoleh
mengikuti arah bola dipukul. Kelompok ketiga adalah mereka yang superacuh.
Kelompok ini amat tidak peduli mau apa terserah yang penting urusan mereka
tetap jalan. Sejauh kegiatan orang lain tidak mengganggu usaha dan kerja
mereka, mereka tidak ambil pusing. Pertanyaan berapa besaran masing-masing
kelompok saat ini, jawabannya sangat relatif untuk masing-masing daerah,
wilayah atau kelompok sosial.
Kebanyakan masyarakat sekarang tidak begitu
tertarik dengan membicarakan hal-hal yang jauh dari pikiran mereka; mereka
lebih terkonsentrasi saat ini pada Hari Lebaran yang makin dekat dan
Pendaftaran Masuk Sekolah bagi anak-anaknya. Walaupun mungkin diantara merek
ada yang tidak puasa, namun magnit lebaran begitu besar bagi mereka. Demikian juga
masuk sekolah; mungkin anak-anak mereka masih kecil, namun persoalannya menjadi
begitu besar manakala dihadapkan kepada
kalimat “akan sekolah di mana”. Perlu dicatat bahwa biaya masuk Taman
Kanak-kanak bisa lebih mahal jika dibandingkan masuk Pascasarjana.
Kalimat Tunjagan Hari Raya dan Gaji ke
empat belas bagi pegawai negeri merupakan angin segar, namun tidak bagi mereka
yang bukan PNS. Bagi mereka pergumulan hidup untuk survive dari gelombang
kehidupan ini, memerlukan enargi tersendiri untuk mengatasinya. Lebaran yang
hanya satu dua hari itu memerlukan persiapan yang tidak mudah bagi mereka;
demikian juga memasukkan anak kesekolah adalah perjuangan kehidupan yang
melebihi memanggul senjata dimedan perang.
Hirukpikuk soal presiden bagi mereka seolah
bukan urusan mereka; urusan labido mereka masih disekitar wilayah keperluan
dasar manusia. Bahkan kecenderungan yang
ada pada mereka adalah bagaimana menyelamatkan keluarga agar bisa terpenuhi
makan, sandang, dan papan. Ketiga hal kebutuhan dasar itulah yang saat ini
mereka perlukan. Urusan pilih memilih bagi mereka nanti saja pada waktunya, dan
itupun tidak pernah terlintas dibenaknya akan memilih siapa dan mengapa.
Bagi mereka elitte yang ada di Ibu Kota
tidak akan memperhatikan mereka dalam memenuhi kehidupan keseharian mereka. Kecenderungan
apatisme serupa ini mulai seperti operasi senyap merajut pada kehidupan mereka,
perlahan tapi pasti mereka tergiring pada kondisional yang memperangkap mereka
untuk berfikir pragmatis. Kondisi ini seolah mulai merasuk pada darah daging
mereka, menelusuri nadi mereka; sehingga terbangun semacam imunitas sosial yang
bercirikan tidak perduli dengan apa yang bukan menjadi dunianya.
Kondisi ini mestinya disadari oleh
teman-teman yang ada di Pusat Ibukota, siapapun anda. Berbuih-buihlah anda
berucap; namun rakyatlah yang punya suara. Suara Rakyat adalah Suara Tuhan yang
tidak dapat direkayasa dengan apapun pada luasan Indonesia yang begini beragam.
Justru rakyat akan tergiring kepada orang-orang yang menghargai mereka; yang menghargai
akan keberadaan mereka sebagai penentu diruang bilik pemilu.
Sejarah sudah pernah ditorehkan pada masa
Orde Baru dimana dominasi Partai Pemerintah begitu masif, rekayasa sosial
dibuat agar kemenangan seolah gemilang. Bahkan belum selesai pelaksanaan
pemilihan, angka prosentase sudah keluar dan dilaporkan. Namun rakyat tetap
mencatat dalam hati menjadikan memori sosial mereka sehingga terbangun
referensi yang cenderung abadi. Berawal dari sejarah sosial tadilah rakyat
menjadi seperti sekarang cenderung apatis.
Harapan hanya ada pada generasi milenial
atau generasi Now yang mereka tidak dibebani oleh luka sejarah, dosa sejarah,
atau apapun namanya. Mereka hanya membaca dari buku buku sejarah yang dipaksa
oleh guru untuk membaca agar lulus ujian; atau berasal dari layanan kemudahan
informasi didunia maya. Mereka hanya memiliki kognisi dari peristiwa sejarah,
tidak memiliki beban konasi maupun afeksi. Sehingga lebih bebas untuk
memberikan penilain dan pilihan.
Tinggal kita sekarang apakah kita akan merusak
jiwa-jiwa bangsa ini dengan sejarah kelam, atau mengukirnya dengan tinta emas
keberhasilan. Tanggungjawab itu ada dipundak kita semua sebagai Orde Alih Generasi;
atau jembatan generasi untuk menghantarkan Indonesia ini kedepan. Jika kita
salah mengambil cara atau metoda, tidak menutup kemungkinan negara ini akan
bercerai berai; namun jika kita jitu mengambil langkah maka keberlanjutan
bangsa ini akan tercapai. Apakah kita akan mengulangi Usia Panjang Majapahit –
Sriwijaya, atau hanya sekelas Singasari saja, itu tergantung dari bagaimana
kita mengukir NKRI ini kedepan.
MestiQQ Adalah perusahaan judi online KELAS DUNIA ber-grade A
BalasHapusSudah saatnya Pencinta POKER Bergabung bersama kami dengan Pemain - Pemain RATING-A
Hanya dengan MINIMAL DEPOSIT RP. 10.000 anda sudah bisa bermain di semua games.
Kini terdapat 8 permainan yang hanya menggunakan 1 User ID & hanya dalam 1 website.
( POKER, DOMINO99, ADU-Q, BANDAR POKER, BANDARQ, CAPSA SUSUN, SAKONG ONLINE, BANDAR66 )
PROSES DEPOSIT DAN WITHDRAWAL CEPAT Dan AMAN TIDAK LEBIH DARI 2 MENIT.
100% tanpa robot, 100% Player VS Player.
Live Chat Online 24 Jam Dan Dilayani Oleh Customer Service Profesional.
Segera DAFTARKAN diri anda dan Coba keberuntungan anda bersama MestiQQ
** Register/Pendaftaran : WWW-MestiQQ-POKER
Jadilah Milionare Sekarang Juga Hanya di MestiQQ ^^
Untuk Informasi lebih lanjut silahkan Hubungi Customer Service kami :
BBM : 2C2EC3A3
WA: +855966531715
SKYPE : mestiqqcom@gmail.com