Harta Yang Paling Berharga nan Mulia Adalah Ilmu

Kamis, 11 Juli 2019

KUDA

Sudjarwo 
Profesor Ilmu-Ilmu Sosial di FKIP-Unila 

Sahdan pada suatu episode Wayang Purwa sempalan cerita mengenai perilaku Pandita Dhurna; yang waktu muda bernama Bambang Kumbayana. Satria ini berparas tampan, gagah perkasa, ahli memanah. Pada suatu peristiwa (menurut salah satu versi, dari banyak versi) Bambang Kumbayana ingin menyeberang sungai besar, luas dan deras airnya; karena tidak mampu berenang maka Bambang Kumbayana sesumbar, siapa yang bisa menyeberangkan dirinya jika ternyata laki-laki akan dijadikan saudara, jika dia wanita dia akan dijadikan isteri. Celakanya yang datang ternyata Seekor Kuda Betina, yang Bambang Kumbayana tidak mengetahui bahwa itu jelmaan Dewi Wilutomo bidadari yang mendapat kutukan. Karena sudah menjadi sumpah seorang satria, maka naiklah Bambang Kumbayana ke atas punggung kuda, entah apa yang terjadi, yang jelas atas nama etika dan moral hal itu tidak boleh di tulis di sini, pada wakunya lahir seorang anak yang tampan bernama Bambang Aswatama, yang sayangnya kaki Aswatama ini berbentuk kaki kuda. 

Sedangkan pada kisah Orang Yunani dikenal dengan adanya Kuda Troya, dalam satu cuplikan kisah yang di unduh dari Mbah Google (20/2/2019) secara singkatnya adalah salah satu kisah Perang Troya mengenai tipu daya yang dilakukan oleh orang-orang Yunani untuk memasuki kota Troya dan memenangkan perang. Menurut versi awalnya, setelah pengepungan selama 10 tahun tidak membuahkan hasil, orang-orang Yunani membangun sebuah kuda kayu raksasa dan menyembunyikan beberapa orang di dalamnya. Orang-orang Yunani berpura-pura berlayar pergi, dan orang-orang Troya menarik kuda kayu ini ke kota mereka sebagai lambang kemenangan. Malamnya pasukan Yunani keluar dari kuda kayu tersebut dan membuka pintu gerbang untuk pasukan Yunani lainnya, yang kembali mendatangi kota Troya dengan memanfaatkan persembunyian malam. Orang-orang Yunani memasuki kota Troya dan menghancurkannya, sehingga mengakhiri perang. Nama Troya ini dalam dunia komputer dilabelkan pada nama virus Trojan, yang mampu meluluhlantakkan data dalam waktu singkat setelah kita terjebak di dalamnya. 

Berbeda lagi dengan Kuda lambang pada Unicorn, yaitu merupakan kuda yang populer dalam mitos yakni kuda dengan tanduk satu di tengah, ada yang menyebutnya Kuda Poni. Istilah Unicorn ini diciptakan pada tahun 2013 oleh Aileen Lee seorang pemodal usaha. Ia memilih menggunakan hewan mitos ini karena perusahaan yang sukses dan mencapai nilai ekonomi US$ 1 miliar tergolong langka. Pada tahun 2013 tersebut Aileen Lee menyematkan istilah Unicorn pada 39 perusahaan. Pada tahapan selanjutnya setelah Unicorn ada Decacorn yakni startup yang memiliki valuasi sebesar US$ 10 miliar dan Hctocorn startup yang memiliki nilai ekonomi sebesar US$ 100 miliar (diunduh 19/2/2019). Bisnis ini sekarang sedang marak didunia; termasuk di Indonesia, bahkan Jepang memasuki era 5.0 karena memaksimalkan bisnis unicorn ini. 

Nah yang satu ini tetap ada dan hanya ada di masyarakat Indonesia (baca: Jawa) yaitu Kuda Lumping, alias Kuda Kepang. Salah satu kutipan yang diunduh dari dunia maya (18/2/2019), ternyata Kuda Kepang atau Kuda Lumping ini bermigrasi ke luar Palau Jawa sampai di Sumatera Utara dan di beberapa daerah di luar Indonesia seperti di Malaysia, Suriname, Hong Kong, Jepang dan Amerika, dibawa oleh Orang Jawa yang bermigrasi ke seantero jagad ini. Bahkan bisa disebutkan di mana ada daerah Transmigrasi Orang Jawa; maka Kuda Lumping akan menyertainya. 

Ciri dari Kuda Lumping ini adalah adanya adegan mabok dengan memakan hal-hal yang tidak semestinya; serta yang seru lagi pemain yang sedang On akan mengejar para penonton yang berbaju merah. Sampai hari ini penulis tidak menemukan hubungan antara baju merah dengan permainan Kuda Lumping; yang kudanya terbuat dari anyaman bambu dibentuk kuda, yang ditunggangi oleh penari dengan dandanan yang khas. 

Semua Kuda di atas tampak nyata dengan segala bentuk modifikasinya; sementara sekarang ada kecenderungan baru, yaitu setiap lima tahun sekali paling tidak, banyak orang Indonesia mencari Kuda Tungangan. Bentuk kudanya tidak berupa binatang berkaki empat, atau MPV beroda empat, akan tetapi justru tidak memiliki kaki namun bisa mengantarkan orang kepuncak kejayaannya. Kuda ini bisa berupa Partai Politik, Kelompok Massa, Organisasi Massa, Perkumpulan Partikelir lainnya; bahkan akhir-akhir ini kelompok keagamaanpun dijadikan tungangan sebagai kuda. 

Menariknya lagi Kuda jaman Now bisa saling tungangmenunggangngi, bahkan ada redaktur muda mengatakan bahwa kuda kuda sekarang sangat bringas, sehingga siapa menunggangi siapa menjadi tunggangan sangat sulit diterka bahkan dibedakan. Selama ini adagium apa tungangan kudanya, berubah menjadi kudanya bisa menunggang kuda mana lagi guna untuk menarik kuda kuda lainnya. 

Saling kudamengudai tampaknya sekarang sedang menjadi fenomena baru dalam masyarakat. Semua celah akan dijadikan pintu masuk Kuda untuk menyerang; sebagaimana orang bermain Catur. Akibatnya di samping orang mencari kuda, juga sekaligus harus menyiapkan Kuda-Kuda jika ada serangan untuk bertahan, dan bila memungkinkan balik menyerang, menggunakan sepak terjang kuda untuk mendapatkan kuda baru. 

Kalau pada masa penjajahan dahulu kita mengenal politik adu domba; era sekarang tampaknya berubah menjadi politik adu kuda. Sehingga tampak semakin liar seliar Kuda Sumba yang dilepas pada padang penggembalaan. Ciri binatang Kuda ialah mampu berdiri tegak menggunakan kaki belakang, dengan kaki depan siap menyerang. Namun juga kaki belakangnya mampu digunakan untuk mendepak secara bersamaan kedua kakinya. Ini menunjukkan bahwa Kuda mampu mendepak kebelakang dan menerjang ke depan. Oleh sebab itu binatang ini berkecenderungan hidup soliter. Mungkin inilah yang menginspirasi penggunaan Kuda sebagai lambang ketangguhan pada jenis mobil kelas atas, label gambar pakaian berkelas, dan lain sebagainya yang menunjukkan personifikasi kegagahan dan kejantanan, karena ukuran daya dorong mesinpun dengan ukuran Tenaga Kuda. 

Dengan segala macam asesoris penggambaran di atas; sangatlah tepat personifikasi Kuda jika di kaitkan dengan adagium dalam politik yang mengatakan “Tidak ada teman abadi dalam politik, kecuali Kepentingan”. Ini menunjukkan bagaimana dinamika akhir-akhir ini dalam kancah perpolitikan Indonesia mendekati Pemilihan Presiden. Tidak ada teman atau lawan yang abadi, kecuali kepentingan. Tusukan teman seiring, pelukan lawan di muka; adalah adegan panggung politik yang setiap hari kita lihat. 

Atas dasar itu semua yang kasihan adalah rakyat jelata dan rakyat yang buta politik. Tidak jarang mereka terkaget-kaget melihat adegan panggung. Karena pada satu episode ada pelaku sangat gigih menentang lawannya; namun tidak lama kemudian mereka bergandeng tangan. Sebaliknya ada pelaku yang selama ini dikenal sangat loyalis, namun pada satu episode justru tega menusuk dari samping. 

Masa transisi generasi seperti saat ini, ternyata banyak sekali peristiwa sosial yang terjadi berada di luar pakem pengarustamaan; bahkan tidak jarang kita kesulitan untuk menemukenali persoalan tadi secara jernih. Sebagai contoh hubungan ketuhanan yang sangat personal antara yang diciptakan dengan penciptanya; menjadi berubah pada hubungan yang bersifat massal; tetapi eksklusif. Keberhasilan pengubahan serupa ini karena politik kepentingan sudah masuk ke relung peribadatan personal. 

Persoalan keagaman yang ekslusif seperti ini telah mengubah dari semula berupa aliran puritan mashab, menjadi aliran pandangan politik keagamaan tertentu. Untuk transformasi serupa ini ternyata peran politik begitu besar; sehingga dapat memunculkan pisau bermata dua; satu sisi dapat menyatukan ideologi politik keagamaan, sementara sisi lain menjadi pesiau pemisah antara “kita” dengan “mereka”. Kondisi ini menjadi sangat berbahaya manakala melanda kelompok akar rumput yang nota bone pengetahuan keagamaannya belum mencapai tataran yang ideal. 

Semoga gonjang-ganjing ini cepat berlalu, sehingga masyarakat yang sudah mulai lelah bisa bernafas lega. Mereka sudah mulai bosan dengan adegan drama politik yang diampilkan oleh para elite, oleh karena mereka merasakan dampak langsung dari apapun guncangan dinegeri ini. Sektor ekonomi nonformal yang mereka geluti memang begitu rentan terhadap gejolak sosial, walau gelombang kejutnya tidak begitu besar pada skala macro; namun secara micro langsung berdampak pada mereka. 

Mari kita bangun negeri ini dengan tidak saling menyakiti; mari kita bangun bangsa ini dengan tidak saling memaki. Keselamatan Indonesia adalah segala-galanya, keselamatan bangsa adalah utama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar